Minggu, 02 September 2012

Surat dari ayah


Assalamualaikum,
Apa kabar anakanda di sana? Ayah doakan semoga anakanda ceria semasa membaca surat ini. Maafkan ayah karna masih
ketinggalan zaman. Hal yang seharusnya diberikan melalui e-mel, ayah hantarkan melalui surat. Salah ayah juga karna tidak
bertanya e-mel baru anakanda.
Sudahlah ceritanya, ayah sudah tahu kisah anakanda dari bunda. Kisah manis hati anakanda
.

Namun janganlah anakanda
khuatir dan berhenti membaca, kerana ayahanda bukanlah mau marah, bukan juga mau mengarah-arahkan anakanda yang sudah dewasa, ayah hanya mau bercerita kepada anakanda tentang apa dalam hati ayah ini.
Ayah yakin dan sangat percaya, anakanda adalah anak yang solehah, yang taat kepada agama. Namun pada usia anakanda, ayah juga tahu suatu masalah, anakanda dalam diam sedang berperang dengan perasaan di dalam dada. Ayah khuatir betul dengan perkara yang namanya cinta. Walaupun sudah ayahanda jelaskan, dan walaupun sering bunda terangkan kepada anakanda tentang cinta, pasti ada terlintas dihati anakanda ingin mencoba apa rasanya cinta, dan ayah tahu sudah datang waktu itu kepada anakanda.
Janganlah salahkan bunda kerana bercerita kepada ayah, tetapi ayah jugalah yang salah kerana setiap hari ayah bertanya tentang kamu ke bunda. Bunda kamu itu sangat taat kepada ayah, dan tidak mungkinlah dia mampu merahsiakan sesuatu pun dari ayah.
Ayah teringat lagi, pada ketika anakanda baru berusia empat tahun, dan anakanda mau membeli balon warna merah. Ayah belikan dan anakanda sangat gembira. Anakanda terus berlari-lari dengan balon merah di tangan sambil tertawa riang. Malangnya, balon
anakanda pecah tergeser daun ilalang. Anakanda menangis, dan ayah sekuat hati membujuk anakanda, dan waktu itu walaupun
anakanda sangat kecewa, marah dan sedih , tetapi tetap saja anakanda terbujuk dengan kata-kata ayah. Terbujuk karna ayah mengangkat anakanda tinggi dan meletak anakanda pada bahu ayah.
Anakanda gembira, dan tangisan pun mereda.
Namun kini, apa yang ayah takutkan semasa anakanda umur empat tahun, terjadi lagi. Bukan lagi balon yang pecah tetapi akankah hati anakanda yang pecah? Itulah yang ayah khuatirkan tentang anakanda, pada umur anakanda saat ini sudah tidak mungkin ayah
meletak anakanda pada bahu ayah, itu juga berarti anakanda tidak mungkin lagi terbujuk.
Itulah cinta sebelum nikah, ia seperti balon merah yang anakanda inginkan semasa kecil. Ia lembut, ia menggoda dan ia nampak manis. Namun hakikatnya, ia sangat nipis, dan banyak hal yang mampu membuatnya pecah ketika anakanda membawanya berjalan di jalan yang penuh ilalang.
Ayah, berharap tahan-tahan dahulu perasaan rindu kamu itu. Jangan ditunjukan kepada si lelaki
sehingga anakanda terlihat murah.Anakanda mampu menahan rasa rindu kepada bunda dan ayah di sini, jadi apalah artinya jika sekedar menahan rasa suka kepada lelaki yang entah siapa.
Banyakkan ingat Allah sayang. Banyakkan menyebut nama-NYA. Berzikirlah, bertahmidlah, bertasbihlah dan bertakbirlah.
Banyakkan membaca ayat-ayat-Nya. Kerana hanya kepada DIA anakanda dapat bergantung dengan sepenuh hati selepas ayah dan bunda
jauh dari anakanda.
Janganlah anakanda menyangka ayah ini kolot orangnya, sehingga melarang anakanda bercinta. Tidak ada salahnya anakanda bercinta, cuma bagi setiap perkara akan ada waktunya yang tepat. Seperti embun yang lembut, ia tidak turun ketika matahari sudah tegak di kepala, tidak juga turun pada ketika matahari condong ke barat, ia turun pada waktunya yang tepat, walaupun singkat tetapi itulah
yang terindah untuknya. Embun di ujung daun pun punya waktunya sendiri, apalagi lagi cinta yang lebih besar daripada itu.
Mungkin anakanda bertanya, kapankah waktu yang tepat untuk yang bernama cinta?
Jawab ayah, pada ketika semuanya
sudah bersedia. Cinta itu anakanda, bukan sekadar hati yang bersedia menerima dan memberi, tetapi fikiran juga perlu bersedia, emosi perlu bersedia, fisik perlu bersedia, dan paling utama, apakah pasangan anakanda itu juga sudah bersedia untuk semuanya??? Bersedia
menerima dan memberi??? Pada ketika hanya hati yang bersedia, pada ketika itulah cinta itu umpama balon yang mudah pecah.
Pada ketika anakanda sudah tidak mampu menahan rasa hati, ingatlah anakanda, ayah dan bunda di sini. Jaga air muka kami dengan
menjaga air muka anakanda, jaga maruah kami dengan menjaga maruah anakanda, dan jaga akhirat kami dengan menjaga akhirat
anakanda. Ingat jugalah, jodoh itu terkadang datang lebih awal daripada cinta.
Mungkin anakanda merasa surat ayah ini sudah keterlaluan, ketahuilah, ayah memang keterlaluan dalam soal sayang dan kasih , kepada anakanda. Sayang ayah dan bunda kepada anakanda, seperti matahari yang terik, bukannya seperti matahari pagi, tidak juga seperti matahari senja.
Maafkan ayah kerana
ayah tidak mampu untuk mengurangi rasa sayang ayah yang seperti terik matahari, Tidak mampu walaupun sedikit.
Baik buruk anakanda, anakanda tetaplah permata dalam hati ayah. Kerana anakanda sudah memegang
hati kecil ayah ini sampai saat ayah mati, sedang ayah hanya mampu memegang tangan anakanda semasa anakanda masih kecil.
Akhir kata, semoga anakanda sudah mengerti sedikit hati ayah. Tidak usah banyak, sedikit pun itu sudah membuat ayah tersenyum.
Jadi jaga diri anakanda, kerana ayah dan bunda sudah setiap waktu mendoakan kesejahteraan anakanda dengan air mata.
Karna tidak mungkin ayah memegang tangan anakanda sekarang, izinkan ayah memegang dan memimpin anakanda dalam
doa ayah.
Salam sayang, Ayah.

2 komentar: